21.1.10
Issunboushi
Konon, pada zaman dahulu kala hiduplah sepasang suami istri yang sudah lama sekali tidak dikaruniai anak. Meskipun sudah berkali-kali berdoa di kuil untuk memohon tetapi masih juga belum dikaruniai anak. Akhirnya suatu ketika mereka kembali lagi ke kuil untuk berdoa.
“Ya Tuhan, biar sekecil jari telunjuk pun tolong berilah kami anak!” pinta sang istri dalam doanya.
Akhirnya sang istri pun benar-benar melahirkan seorang anak sebesar jari jempol. Mereka memberi nama anak itu Issunboushi.
Meskipun anak mereka sangat kecil, tetapi karena itu adalah pemberian dari Tuhan, mereka merawatnya dengan penuh kasih sayang. Suatu hari Issunboushi menghadap ayah ibunya dan berkata,
“Ayah dan Ibu, tiba saatnya bagiku untuk
pergi merantau. Karena itu saya mohon pamit untuk berangkat besok!”
Mendengar hal itu, ayah dan ibu Issunboushi sangat terkejut. Semula mereka melarang kepergian anak satu-satunya yang sangat disayangi itu, tapi karena kemauan Issunboshi yang sangat kuat akhirnya mereka mengijinkannya juga.
Esok paginya Issunboushi berangkat. Setelah memberi bekal makanan secukupnya, Issunboushi berangkat dengan memakai sebuah batok kelapa dengan melalui arus sungai. Arus sungai itu akhirnya membawa
Issunboushi sampai ke sebuah kota yang sangat
besar dan ramai. Karena badan Issunboushi sangat kecil, maka ia harus benar-benar berhati-hati ketika berjalan di tengah keramaian.
Beberapa kali ia harus diam di pinggir tembok untuk menunggu jalanan mulai sepi. Setelah dirasa cukup sepi, ia harus berlari menyebrangi jalan agar tidak sampai terinjak orang atau kuda yang setiap saat bisa melintas di jalanan. Akhirnya sampailah ia di sebuah rumah yang sangat besar dan luas. Mungkin rumah itu milik seorang pembesar di negeri itu. Issunboushi ingin bekerja di rumah itu.
Sesampai di depan pintu, ia mulai berteriak sekencang-kencangnya agar terdengar si pemilik rumah.
“Permisi…Permisi…!” teriaknya.
Tetapi tak seorang pun keluar untuk menemuinya. Ia pun berteriak lagi dengan lebih keras. Nah, kali ini ada seorang kakek-kakek dengan pakaian yang sangat indah keluar dari dalam rumah.
“Hah, siapa yang berteriak-teriak tadi ya? Kok aneh, tidak ada seorang pun?” kata sang kakek yang nampaknya pemilik rumah itu dengan keheranan.
Karena tidak ada seorang pun maka ia hendak kembali ke dalam. Tetapi…
“Tuan, saya ada disini! Di bawah!” teriak Issunboushi dengan kencang.
Akhirnya kakek tersebut dapat menemukan keberadaan Issunboushi. Diambilnya Issunboushi dan ditaruhnya di atas telapak tangannya. Kakek tersebut sangat senang bertemu dengan Issunboushi, karena itu dengan mudah Issunboushi pun mendapat pekerjaan di rumah itu.
Adapun pekerjaan Issunboushi setiap hari adalah menemani putri kakek itu untuk bermain. Issunboushi sangat senang bisa menemani putri yang sangat cantik jelita itu. Demikian juga dengan sang putri yang merasa sangat senang mendapatkan teman bermain yang mungil dan lucu.
Suatu hari sang putri ingin mengunjungi sebuah kuil yang berada di atas sebuah bukit. Sang putri ingin berdoa bagi ibunya yang sudah meninggal. Dengan penuh suka cita Issunboushi pun menemani perjalanan sang putri. Adapun kuil tersebut letaknya agak jauh. Mereka harus melewati hutan lebat yang menurut cerita orang-orang terdapat seorang raksasa yang jahat dan kejam.
Setelah berdoa di kuil tersebut mereka pun pulang. Tapi ketika melewati hutan yang lebat itu, perjalanan sang putri dihadang oleh raksasa jahat. Raksasa itu hendak menculik sang putri. Tentu saja hal itu membuat Issunboushi marah dan menantang raksasa jahat itu untuk berkelahi. Dengan menghunuskan pedangnya Issunboushi siap berkelahi untuk menyelematkan sang putri.
Tetapi karena badannya sangat kecil, maka dengan mudah ia dapat ditelan oleh sang raksasa. Di dalam perut sang raksasa, Issunboushi yang masih hidup itu menusuk-nusuk perut sang raksasa hingga sang raksasa pun merasa kesakitan dan akhirnya memuntahkan Issunboushi keluar lagi.
Raksasa itu pun lari terbirit-birit karena kesakitan dan sang putri pun selamat. Ketika sang raksasa lari pontang-panting, dari pakaiannya terjatuh sebuah benda mirip gendang kecil.
“Benda apakah ini, Putri?” tanya Issunboushi.
“Oh, ini adalah benda ajaib milik raksasa jahat tadi!” jawab sang putri seraya mengambil benda tersebut dari hadapan Issunboushi.
“Benda ajaib? Apa gunanya?” tanya Issunboushi dengan penasaran.
“Menurut cerita kakek, benda ini dapat mengabulkan semua permohonan manusia” kata sang putri sambil tersenyum.
“Kalau begitu, tolong minta agar badan saya menjadi besar!” pinta Issunboushi.
Ternyata sungguh ajaib. Ketika sang putri menabuh gendang kecil itu dan memohon agar badan Issunboshi menjadi besar, beberapa detik kemudian Issunboushi yang tadinya kecil berubah menjadi seorang pemuda yang tampan dan gagah.
“Terima kasih, Putri” kata Issunboushi yang sudah berubah itu.
Dengan wajah yang memerah karena malu, sang putri pun akhirnya diantar Issunboshi sampai ke rumah lagi. Akhirnya, karena keluarga sang putri merasa sangat berhutang budi kepada Issunboushi mereka pun menikahkan putri mereka yang cantik jelita itu dengan Issunboushi. Dalam pesta pernikahannya, Issunboushi tidak lupa untuk mengundang kedua orang tuanya di desa. Akhirnya mereka pun hidup berbahagia bersama.